saat ini dan hingga 100 tahun kedepan bentuk negara Indonesia yang Anda rasa paling tepat adalah:

ekology; urban design; poem

Monday, March 06, 2006

Artikel

GARDU MURAL, ELEMEN ESTETIK KOTA BANDUNG

Oleh: L I A N D A


Dari semua mural yang terdapat di Kota Bandung, ada suatu fenomena menarik yang barangkali kurang terperhatikan yaitu mural yang terdapat pada bangunan gardu listrik PLN. Mural yang terdapat pada kempat sisi dinding setiap gardu listrik ini seperti “menghilangkan” gardu-gardu listrik di Kota Bandung dan menggantikanya menjadi elemen estetik (grafis) kota. Suatu fenomena unik dan menarik dalam salah satu penyajian karya seni di area publik yang nampaknya menawarkan solusi desain dalam melawan serbuan tempelan poster reklame pada dinding-dinding bangunan dan aktifitas vandalism/graffiti di Kota Bandung.

Selain mural yang terdapat pada dinding-dinding bangunan gardu listrik, di Kota Bandung sebenarnya banyak terdapat mural. baik yang dibuat atas inisiatif pribadi (seniman), kelompok masyarakat atau pemerintah kota sendiri. Mural yang digagas atas inisiatif kelompok masyarakat yang cukup bagus adalah mural yang terdapat di Jalam Maleer II. Mural yang berada pada salah satu dinding bangunan di jalan tersebut dibuat bergaya natural dengan tem gambar berupa aliran sungai dan air terjun. Mural yang digarap sangat serius oleh pemerintah kota adalah mural terpanjang di Kota Bandung yang terdapat di salah satu dinding atau tebing Jalan Siliwangi, di sekitar Gedung SABUGA ITB. Mural pada dinding tebing ini (panjang kira-kira 500 meter dengan ketinggian hampir tiga meter) telah dua kali mengalami perubahan gambar namun masih dalam tema yang relatif sama.

Dari semua mural yang ada, mural pada gardu listrik (Travo 400 KVA dan 600 KVA) adalah mural digarap serius disertai pemeliharaan yang cukup baik oleh suatu instansi (PLN UPJ Prima Priangan). Suatu inisiatif yang patut diacungi jempol karena secara umum kebanyakan mural yang terdapat di Kota Bandung tidak terpelihara dan mulai mengalami kerusakan karena dipenuhi tempelan poster reklame, pengumuman dan gambar serta aktifitas vandalism dan graffiti liar kaum muda kotanya.

Seni Lukis dan Grafis Pada Bidang Permanen

Mural adalah seni lukis yang digarap pada dinding, plafond (atap) atau bidang besar lainnya yang bersifat permanen. Mural sebenarnya telah dikenal orang sejak zaman prasejarah. Salah satunya yang cukup terkenal adalah lukisan di dinding Gua Lascaux (Cave of Lascaux) di Perancis Selatan, namun mural baru dikenal setelah dipopulerkan oleh seniman mural Meksiko (mexican muralista art movement) seperti Diego Rivera, David Siqueiros atau Jose Orozco. Mereka mengembangkan berbagai teknik dalam pembuatan mural. Salah satu tekniknya mungkin yang paling populer adalah fresco yaitu menggunakan cat larut air dengan campuran jeruk (water soluble paint with a damp lime wash). Dengan teknik ini, pengerjaan cepat yang diterapkan pada permukaan datar dan besar akan menghasilkan warna yang cerah saat mengering.

Pada saat ini, teknik pembuatan mural dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari yang sangat sederhana seperti cat minyak atau cat tembok hingga menggunakan paintbrush. Gaya lukisannya pun bervariasi dan berkembang sedemikian rupa mulai dari abstrak hingga Trampe L’Oeil (Prancis) yaitu teknik mengalabui mata (tipu mata) atau trick the eye. Di beberapa negara teknik pembuatan mural pun terus berkembang. Dewasa ini pembuatan mural sudah menerapkan teknologi fotografi digital dan pencetakan foto yang mentransfer lukisan atau foto ke dalam bahan poster lalu ditempelkan ke dinding atau media permanen lainnya. Perkembangan pembuatan mural saat ini bisa dikatakan mengarah (trend) kepada seni grafis dengan teknlogi digital modern.

Elemen Estetik Kota dan Solusi Desain

Salah satu kelebihan Mural adalah bisa menjadi alat yang cukup efektif untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam pencapaian tujuan politik. Bahkan tidak jarang mural dibuat untuk memprotes atau mengkritisi suatu kebijakan pemerintah seperti yang dilakukan oleh para seniman mural di Jakarta beberapa waktu yang lalu pada saat mengkritisi RUAPP (Rancangan Undang-undang Anti Pornoaksi dan Pornografi), mengekspose persoalan-persoalan sosial, membangkitkan kebencian atau mengadvokasi msyarakat untuk menentang pemerintah. Oleh rezim-rezim yang totaliter, mural seringkali berfungsi sebagai media kontrol dan propaganda meskipun beberapa diantaranya dibuat sangat artistik.

Terlepas dari tujuan politik dan sosial dalam pembuatan mural, mural pada gardu-gardu listrik di Kota Bandung adalah fenomena baru dalam pembentukan elemen estetik kota atau penyajian karya seni di area publik dan upaya untuk melawan serbuan tempelan poster reklame pada dinding-dinding bangunan dan vandalism/graffiti. Mural pada gardu-gardu listrik di kota ini mampu mengubah bentuk masif dan kaku dari bangunan gardu listrik menjadi elemen fisik kota yang sedap dipandang.

Dalam hal teknik pembuatan dan bahan yang digunakan, mural pada gardu-gardu listrik (juga mural lainnya yang terdapat di Kota Bandung) memang masih tergolong sederhana, namun gambar yang ditampilkan cukup artistik. Tema gambar yang diambil umumnya bergaya dekoratif, natural dan abstrak dengan pilihan warna-warna dasar. Pada seluruh gardu gardu listrik yang ada di Kota Bandung, memang belum terlihat satu pun mural yang dibuat menggunakan teknik Trampe L’Oeil yang menampilkan gambar dengan tipu-mata yang atraktif, seperti lukisan tiga dimensi atau bentuk-bentuk lain yang terlihat seperti nyata (realistik).

Gardu mural ini menarik perhatian karena umumnya terletak di tengah taman dan di tepi jalan yang banyak dilalui kendaraan, sehingga mudah dilihat dan dikenali pengendara mobil, motor dan pejalan kaki yang kebetulan lewat. Beberapa diantaranya tampil secara kontras dan ’eye catching’ sebagai elemen fisik yang estetik di tengah taman, seperti pada gardu mural yang berada di Taman Pramuka yang bergaya dekoratif puzle dan gedung pencakar langit, gardu di Taman Ciujung Jalan Supratman dengan mural bergaya lukisan abstrak kupu-kupu dengan dominansi warna hijau atau gardu dengan mural bergaya lukisan dekoratif bunga berwarna merah, kuning, jingga terang yang cerah yang berada di tengah taman pada persimpangan Jalan Sukajadi.

Mengkatagorikan bangunan-bangunan gardu ”mural” listrik di Kota Bandung sebagai elemen estetik kota memang perlu pengkajian dan kesepakatan di kalangan arsitek dan perancang kota (urban designer). Jika mengacu pada terminologi sederhana bahwa pengertian elemen estetik adalah bentuk-bentuk yang memiliki nilai seni dan keindahan (artistik), maka gardu listrik dengan mural pada keempat sisi dindingnya sudah bisa dikatagorikan sebagai elemen estetik kota. Sama halnya seperti patung, pot-pot bunga pada trotoar, lampu-lampu hias di jalan, dan bentuk-bentuk monumental lainnya yang dihadirkan untuk menghias kota atau menciptakan pengalaman ruang yang artistik di dalam kota. Saat ini, seluruh gardu listrik di Kota Bandung telah dihiasi mural.

Selain sebagai berfungsi sebagai elemen estetik kota, penyajian mural nampaknya cukup efektif melawan vandalism. Dari pengamatan gardu-gardu listrik yang tersebar di Kota Bandung, hanya beberapa saja yang masih terlihat kumuh dan kotor disebabkan aksi penempelan poster reklame dan aksi corat-coret liar. Dari pengamatan secara acak terhadap sepuluh gardu mural, hanya dua gardu saja yang terlihat masih mengalami penempelan poster reklame dan aksi corat-coret yaitu gardu mural di Taman Ciujung dan gardu mural yang terdapat di perempatan Jalan Riau (LL Martadinata)-Jalam Ahmad Yani. Sepertinya ada rasa segan atau ”tidak tega” untuk merusak atau mengotori gardu yang telah dihiasi mural ini dengan tempelan poster reklame dan vandalism. Hal yang sama juga terlihat pada mural yang terdapat di tebing di Jalan Siliwangi Bandung, sepanjang dinding pembatas jalan ini bersih dari tempelan poster dan aksi corat-coret. Dengan menyadur rumusan Rappoport (1977) tentang pandangan environmental determinism yaitu pandangan yang mengganggap bahwa lingkungan fisik yang dirancang dengan baik dapat mengubah perilaku, mural dapat memberikan solusi desain yang rasional untuk mengatasi persoalan non desain seperti mengurangi keinginan menempel segala macam poster reklame gambar/pengumuman yang bukan pada tempatnya atau mengurangi perilaku merusak yang sudah tak terkendali seperti vandalism.

L I A N D A,

Direktur RES Institute/Ekolog-Urban Designer

Artikel KOMPAS : 2 September 2007

No comments: